Jakarta, CNBC Indonesia – Sepanjang tahun 2023, CNBC Indonesia rutin menginformasikan kisah para pengusaha terkaya Indonesia. Informasi ini disajikan bukan hanya beranjak dari masa kini, tetapi juga masa lalu yang ternyata sudah banyak sekali orang Indonesia yang telah sukses menjadi pengusaha.
Di masa penjajahan Belanda, sudah ada orang Indonesia yang punya uang setara triliunan rupiah di masa kini. Lalu, setelah kemerdekaan, ada pengusaha Indonesia yang berjasa bagi negara, tetapi hidupnya berakhir nelangsa karena berbeda pandangan dengan penguasa. Sementara, ada juga pengusaha yang sejalan dengan penguasa hingga sukses menguasai ekonomi Indonesia.
Lantas, siapa saja mereka?
Tasripin, Kaya Berkat Jualan Es Batu
Tasripin adalah pria asal Semarang dan salah satu crazy rich masa penjajahan Belanda. Dia berbisnis kulit hewan, penjagalan, dan es batu. Ketiga bisnis tersebut membuat Tasripin kaya raya. Setiap bulannya dia bisa mendapat 30-40 ribu gulden. Alhasil, dia dan keluarganya punya banyak rumah dan tanah di beberapa wilayah Semarang. Dia tercatat juga pernah memiliki emas dan banyak surat berharga lain.
Koran De Nieuwe Vorstenlanden (8/9/1919), harta Tasripin mencapai 45 juta gulden. Sebagai perbandingan, di zaman itu harga satu liter beras hanya 6 sen. Jadi dengan uang 45 juta gulden, Tasripin bisa membeli 750 juta liter beras. Jika hari ini satu liter beras harganya Rp 10 ribu, maka nilai harta Tasripin kala itu setara Rp 7 triliun di masa kini.
Tentu saja, tak semua orang di masa kolonial bisa seperti itu. Orang Belanda atau Eropa pun jarang yang bergelimang harta. Apalagi masyarakat pribumi yang mayoritas berada di bawah garis kemiskinan. Atas dasar inilah, Tasripin dianggap orang terpandang dan jadi salah satu crazy rich di masa kolonial.
Oei Tiong Ham, Raja Gula Dunia dari Semarang
Oei Tiong Ham adalah pria kelahiran Semarang dan pemilik salah satu perusahaan gula terbesar di dunia, Oei Tiong Ham Concern (OTHC). Lewat OTHC, Oei Tiong Ham sukses menguasai 60% pasar gula di Hindia Belanda. Dengan besarnya penguasaan ini, praktis Oei untung besar.
Dari keuntungan itu, dia melebarkan sayap bisnis OTHC. Tidak hanya di Hindia Belanda, tetapi juga sudah sampai India, Singapura hingga London. Lini bisnisnya pun tak hanya industri gula, tetapi juga pergudangan, pelayaran, dan perbankan. Tak heran, berkat besarnya bisnis itu, Oei disebut memiliki kekayaan 200 juta gulden. Sebagai catatan, uang 1 gulden pada 1925 bisa membeli 20 kg beras. Jika harga beras Rp 10.850/kg, diperkirakan harta kekayaannya senilai Rp 43,4 triliun.
Sayang, di masa-masa kejayaan itu, Oei terpaksa angkat kaki dari Indonesia untuk pergi ke Singapura. Dia pergi lantaran jadi objek permainan petugas pajak masa kolonial. Di Singapura dia turut serta membangun negeri bentukan Inggris itu. Dia banyak membeli tanah dan rumah. Lalu juga rutin melakukan donasi di Singapura. Kini, atas besarnya jawa Oei Tiong Ham pemerintah Singapura menjadikan namanya sebagai nama jalan dan bangunan.
Teuku Markam, Pengusaha Era Soekarno yang Ditahan Soeharto
Dalam narasi sejarah, Teuku Markam disebut sebagai sosok di balik hadirnya emas di Monas. Konon, dia menyumbang 28 kilogram (kg) emas untuk pembangunan tugu api Monas. Benar atau tidaknya klaim ini memang masih menjadi perdebatan. Namun, satu hal yang pasti dari sosok Teuku Markam adalah, fakta kalau dirinya merupakan pengusaha kaya era Soekarno.
Teuku Markam awalnya adalah seorang tentara. Namun, di tahun 1957 dia memutuskan keluar dari militer dan terjun menjadi pengusaha. Dia mendirikan perusahaan PT.Karkam, singkatan dari Kulit Aceh Raya Kapten Markam.
Richard Robinson dalam Indonesia: The Rise of Capital (2009) menyebut Karkam adalah perusahaan satu-satunya yang memiliki hak eksklusif ekspor karet dari Sumatera Selatan (Sumsel) ke Singapura dan Malaysia selama masa konfrontasi (1960-1963). Selain itu, Karkam juga memegang lisensi proyek besar dari negara, yakni impor Nissan Jeep dan Semen Asano dari Jepang.
Berkat bisnis yang besar itu Robinson menyebut Karkam sebagai perusahaan beraset jutaan dollar AS. Keuntungan yang didapat perusahaan jelas membuat Markam menjadi kaya raya karena uangnya tak terbatas. Kekayaan itu juga membuatnya dengan dekat Soekarno.
Sayang, kedekatannya dengan Soekarno menjadi batu sandungan bagi Markam. Setelah pergantian kekuasaan, Presiden Soeharto memenjarakan Markam. Dia disebut terlibat korupsi dan pemberontakan Gerakan 30 September meski tuduhan itu belum terbukti benar. Soeharto lantas memenjarakan Markam selama 9 tahun, dari 1966 sampai 1975. Hartanya diambil oleh negara.
Sudono Salim, ‘Legenda’ Pengusaha RI
Sudono Salim alias Liem Sioe Liong merupakan konglomerat ternama di Indonesia. Dia memiliki catatan perjalanan bisnis panjang yang mencapai puncaknya di masa Orde Baru atau ketika Soeharto menjadi presiden. Kedekatan Salim dan Soeharto yang sudah terjalin sejak masa Perang Kemerdekaan rupanya membawa berkah tersendiri bagi keduanya.
Saat berkuasa, keduanya menjalin hubungan simbiosis mutualisme, alias sama-sama saling menguntungkan.
“Setelah Soeharto meraih kekuasaan di Indonesia pada pertengahan 1960-an dan menjadi presiden, dia didukung oleh kelompok kroni pengusaha, yang terbesar dan terkuat adalah Liem Sioe Liong,” tulis Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016).
Salim sukses terdaftar sebagai orang terkaya nomor satu di Indonesia semasa Orde Baru alias 32 tahun. Majalah Eksekutif edisi Februari 1994 menaruh nama Salim sebagai orang terkaya di Indonesia tahun 1993. Total asetnya mencapai Rp 24 triliun. Ini bisa terjadi karena dia sukses membangun kerajaan bisnis di tiga sektor, antara lain perbankan (Bank Central Asia, BCA), bangunan (Indocement), dan makanan (Bogasari dan Indofood).
Sayang, keruntuhan Soeharto menjadi malapetaka juga bagi Salim. Tak lama setelah Soeharto tak lagi berkuasa, bisnis Salim yang berjaya selama 32 tahun juga ikutan runtuh. Meski sudah runtuh, bisnis Salim tetap eksis di jagat bisnis Indonesia di masa kini. Anaknya, Anthony Salim, menjadi pengelola di era pasca-Orde Baru dan masuk ke daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes. https://gitarisgila.com/