Jakarta, CNBC Indonesia – Teknologi High Altitude Platform Station atau HAPS ternyata sudah boleh beroperasi di Indonesia. Kominfo baru-baru ini mengabarkan aturan yang mengizinkan penggunaan “BTS terbang” tersebut.
Keputusan soal HAPS atau Wahana Dirgantara Super dihasilkan dalam sidang World Radiocommunication Conference (WRC) 2023
WRC menyatakan HAPS dapat beroperasi di empat pita frekuensi yaitu spektrum 900 MHz, 1800 MHz, 2,1 GHz dan 2,6 GHz.
“Implementasi BTS terbang di ketinggian 18 – 25 KM [900 MHz, 1800 MHz, 2,1 GHz dan 2,6 GHz],” tulis akun Instagram Kemenkominfo, dikutip Rabu (27/12/2023).
BTS terbang sudah beberapa kali diuji coba di Indonesia dalam bentuk balon udara. Google dan Facebook sama-sama pernah menguji coba teknologi HAPS.
Hasil lain dari WRC, identifikasi pita 7 GHz untuk jaringan seluler (5G/6G) di Indonesia.
Selain itu, RI juga mendapatkan 2 alokasi baru yaitu pada Dinas Radiolokasi untuk Implementasi Wind Profiler Radar guna pemantauan cuaca.
Dan Dinas Bergerak Penerbangan untuk aplikasi Non-Safety yang bertujuan mendeteksi titik api ketika terjadi kebakaran hutan.
WRC sendiri diadakan setiap 4 tahun untuk meninjau maupun merevisi regulasi radio, perjanjian internasional yang mengatur penggunaan Spektrum Frekuensi radio dan Orbit Satelit Geostationer dan Non Geostationer.
Perbaikan diciptakan atas dasar dari sebuah agenda yang ditentukan oleh dewan ITU yang dipertimbangkan atas rekomendasi yang dibuat oleh Konferensi World Radio Communication sebelumnya.
Dalam sidang tersebut, Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memperjuangkan berbagai kepentingan nasional.
Ini semua agar pengelolaan spektrum frekuensi radio di Indonesia mendapatkan alokasi frekuensi terbaik sesuai dengan peruntukannya dan kepentingan nasional dapat terjaga. https://horeoraduwe.com/